Skip to main content

Posts

Showing posts from 2009

Howard Schultz, Kisah Secangkir Kopi Yang Mendunia

Apa yang akan Anda lakukan jika ide Anda ditolak dan dilecehkan-bahkan dianggap gila-oleh 217 orang dari 242 yang diajak bicara? Menyerah? Atau malah makin bergairah? Jika pilihan terakhir ini yang Anda lakukan, barangkali suatu saat, sebuah impian membuat bisnis kelas dunia bisa jadi milik Anda. Yah, itulah kisah nyata yang dialami oleh Howard Schultz, orang yang dianggap paling berjasa dalam membesarkan kedai kopi Starbucks. "Secangkir kopi satu setengah dolar? Gila! Siapa yang mau? Ya ampun, apakah Anda kira ini akan berhasil? Orang-orang Amerika tidak akan pernah mengeluarkan satu setengah dolar untuk kopi," itulah sedikit dari sekian banyak cacian yang diterima Howard, saat menelurkan ide untuk mengubah konsep penjualan Starbucks. Dalam buku otobiografinya yang ditulis bersama dengan Dori Jones Yang- Pour Your Heart Into It; Bagaimana Starbucks Membangun Sebuah Perusahaan Secangkir Demi Secangkir-Howard menceritakan bagaimana ia merintis "cangkir demi cangkir"

Bangkit bersama Lele

Shandy Steven, Pemilik Pondok Tibelat Shandy Stevan meninggalkan jabatan manajer di hotel bintang empat, beralih ke usaha budidaya ikan. Ia pernah berjaya, tapi pernah juga terpuruk rugi sampai Rp250 juta. Tak punya modal, ia turun mencangkul sendiri membuat kolam ikan. Siang itu Shandy Stevan tampak bersahaja. Penampilannya sekarang beda 180 derajat dengan beberapa tahun silam. Dulu, pria ini selalu tampil rapi karena ia sebagai Night Duty Manager di hotel berbintang empat di Batam. Saat kerja di hotel, kadang tamu-tamu hotel suka minta dilayani. ”Minta dicarikan teman ngobrol. Mau tak mau harus dilayani. Saya telpon penyedianya. Mau yang kayak gimana, belasan tahun, semuanya ada, tinggal telepon. Tapi setelah punya anak, hati saya berontak, makanya saya pilih keluar dan usaha sendiri,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Bahasa Asing. Usaha budidaya ikan Pondok Tibelat (sesuatu yang tak bisa dilupakan-red) di Sei Temiang bermula dari usaha ikan lele coba-coba di rumahnya di Legenda Malaka

MESRA DENGAN KESEDIHAN…..

Tidak ada kehidupan yang tidak diwarnai oleh kesedihan. Diundang maupun tidak, ia akan senantiasa datang. Dalam banyak kejadian ( baik melalui bencana, ditinggal oleh orang terkasih, kegagalan dsb) bahkan terbukti , semakin ia dibenci dan ditakuti, semakin ia senang dan rajin berkunjung ke diri kita. Maka, sengsaralah hidup mereka yang membenci kesedihan. Kahlil Gibran pernah menulis cantik tentang hakikat kesenangan dan kesedihan.Menurut penulis sufi ini, kesenangan adalah kesedihan yang terbuka kedoknya.Dan, tawa serta air mata datang dari sumber air yang sama. Lebih dari itu,semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa, maka semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan. Bahkan Kahlil Gibran sampai dalam pemahaman yang lebih dalam. Tanpa kesedihan, jiwa yang manapun tidak akan memiliki daya tampung yang besar terhadap kebahagiaan. Jadi kesedihan dan kebahagiaan adalah dua saudara kembar yang melakukan kegiatannya secara bergantian. Keserakahan, atau sebaliknya kekhusukan

Kisah Sukses Muhadi Menjadi Pengusaha Bus PO Dedy Jaya

Dulu Kondektur Sekarang Juragan Lewat kerja keras dan keuletan, Muhadi sukses menjadi pengusaha bus Dedy Jaya. Ia merintis usahanya dari berdagang es lilin serta menjadi kondektur bus. Kini bisnisnya sudah menggurita, mulai dari hotel, pabrik cat, mal, hingga toko bangunan. Soal nasib urusan belakang. Itulah pegangan hidup Muhadi Setiabudi, konglomerat asal Brebes, Jawa Tengah. Kerja kerasnya selama sekitar 19 tahun kini membuahkan hasil. Grup usaha PT. Dedy Jaya Lambang Perkasa yang berdiri sekitar 15 tahun silam, kini menjelma menjadi kerajaan bisnis dengan 2.500 karyawan. Lini usahanya juga sungguh beragam luas, mulai dari mengelola ratusan armada di bawah bendera perusahaan otobus (PO) Dedy Jaya, hotel, pabrik cat, toko bahan bangunan, toko emas, hingga bisnis mal di Brebes, Tegal & Pemalang. "Nasib itu urutan kesekian. Siapa pun yang bekerja keras pasti bisa berhasil," ucap lelaki kelahiran Brebes, Maret 1961 ini mantap. Muhadi tentu tidak asal omong. Boleh dibilang

Rahasia Si Untung

Anda pasti kenal tokoh si Untung di komik Donald Bebek. Berlawanan dengan Donald yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donald. Jika Untung dan Donald berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang di jalan, pastilah itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, don’t worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya. Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesannya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial. Misalny

BOB SADINO: SEPIRING NASI KESUKSESAN

Sukses bagi seorang entrepreneur sejati seperti Bob Sadino, ternyata begitu sederhana. "Kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan besok saya dapat makan, saya sudah sukses," ungkap bos Kemchicks Group ini. Ia bilang, banyak orang tidak pernah memahami arti sepiring nasi. Makan dianggap sebagai kewajaran jika orang tidak punya masalah untuk mendapatkan makanan. Tapi bagi orang yang pernah lapar, pernah tidak makan, sepiring nasi mempunyai arti yang sangat besar dan sangat mendalam. "Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini," tutur Bob, yang pernah jadi sopir taksi dan nguli di Jakarta dengan upah Rp100 per hari. Bob, yang lulus SMA tahun 1953 itu mengkritik keras kecenderungan para orang tua yang malas mendidik sendiri anak-anaknya. Para orang tua itu melepaskan tanggungjawab mendidik anak dan seenaknya membebankan tugas itu pada sekolah. Akhirnya, sering mereka memaksakan kehendak pada anak-anak dalam hal memilih jenis pendidi

Sikap Mental Positif sebagai Landasan Smart Entrepreneur

I. SENJATA AMPUH Menurut Profesor Edwood Chapman, sikap mental adalah cara mengomunikasikan atau mengepresikan suasana hati atau watak kepada orang lain. Jika ekspresi kita kepada orang lain positif, maka kita disebut orang yang bersikap mental positif. Sebaliknya, jika ekspresi kita kepada orang lain negatif, kita disebut orang yang bersikap mental negatif. Sikap mental positif mendorong kita untuk mencapai tujuan dengan gigih. Ketika kita jatuh terperosok, kita masih dapat mengatakan "Ah ini cuma kesandung batu kecil. Tujuan kita belum tercapai". Kita pun mampu bangkit kembali. Soichiro Honda (gambar di samping) tetap bersikap mental positif ketika piston berbentuk cincin buatannya ditolak oleh Toyota dan ditertawakan oleh para teknisi. Setelah bertahan selama dua tahun dan memperbaiki kelemahan piston tersebut, akhirnya Toyota mau menerimanya. Bahkan, ketika pabriknya dibom dua kali dan dihancurkan oleh gempa bumi, ia tetap bersikap mental positif dalam meraih cita-citanya

Tahapan Bisnis Itu Ibarat Sekolah

TK : Mengumpulkan ilmu bisnis, semangat dan memulai berjualan hal-hal yang kecil (membiasakan diri dengan kondisi berjualan, mengenal berbagai karakter pelanggan, dan sebagainya. SD : Berjualan hal-hal yang kecil, tetapi sekarang mulai mencari produk dengan harga rendah dan berusaha mencari pembeli yang membeli dengan harga tinggi. SMP : Mulai mencari bisnis yang cocok, tugas penjualan sehari-hari diserahkan kepada orang lain. Kini lebih fokus mencari cara-cara untuk meningkatkan penjualan, inovasi,dan lain-lain. SMA : Mengembangkan usaha dengan membuka cabang, mencari investor. S 1 : Bisnis sudah dapat digandakan dalam skala besar, cara-cara berbisnis sudah dibakukan. Pengembangan franchise atau kerjasama investasi sudah menjadi pekerjaan sehari-hari. Membuat Badan Hukum Usaha. S2 : Perusahaan Go Public, yang nantinya akan dapat meningkatkan value perusahaan menjadi berlipat-lipat. Diambil dari bahan presentasi bisnis Manajemen WarnetGua Group

Tentukan Pilihan Bisnis, Fokus, dan Bela Mati-matian

Kemarin saya mendapat telepon dari seorang teman yang ingin berkonsultasi dengan saya. Ia ditawari bergabung menjadi agen asuransi di sebuah perusahaan ternama. Ia minta pendapat saya, apakah peluang ini harus diambil atau tidak. Masalahnya, dalam beberapa bulan terakhir ini ia selalu minta pendapat saya mengenai jenis usaha yang berbeda-beda. Sebelumnya ia minta pendapat mengenai bisnis jilbab, distributor alat pembersih rumah tangga dan batik. Dalam beberapa bulan ini dia masih bingung dan belum menentukan bisnis mana yang akan dipilih dan ditekuninya. Saya katakan kepadanya, supaya segera menentukan pilihan, fokus dan konsisten dengan pilihannya. Apa pun yang terjadi pilihan itu harus pertahankan dengan mati-matian. Jangan gampang tergoda untuk "pindah ke lain hati". Saya berbisnis di bidang fashion garment. Meski pun analisis makro sering bernada negatif mengenai industri ini, saya tidak bergeming. Saya akan tetap di bisnis ini. Ini adalah periuk nasi saya. Saya akan bela

Apakah Bangsaku Tidak Lagi Diperhitungkan?

Ini ada tulisan Ustad Yusuf Mansyur. Simple tapi dalem. Mudah2an bermanfaat. Apakah Bangsaku Tidak Lagi Diperhitungkan? 2004 saya jalan ke Brunei. Karena saya pikir dkt, saya cuma bawa 1 kantong plastik saja. Ternyata di perjalanan, bawaan saya bertambah. Begitu masuk bandara Brunei, saya berniat membli tas. saya tawarlah 1 tas di 1 toko. Setelah dikurskan ke rupiah, angkanya jd 4,2jt. saya terbelalak, dan setengah bercanda saya bilang bahwa di Indonesia , tas kayak gini palingan 300-400rb atau paling mahal 1jt dah. Eh, si penjaga toko memasang muka merendahkan gitu, dan bilang: "No no no... Bukan tas kami yang mahal, tapi you punya rupiah yang tak ada harga!". Ya Allah, seperti ditampar rasanya muka saya. Segitunyakah rupiahku? Segitunya kah negeriku? Mata uangnya tak ada harga. Lalu, pegimana bangsanya? Bagaimana negerinya? Adakah martabatnya? 2008 ini entah yang keberapa kali saya mengadakan prjalanan keluar negeri. Sudah tidak saya hitung lg saking seringnya, he he he. N